H+7, hari ke-23.
Lama tak mengunjungi diri, (mungkin) terkunci. Apa kabar kamu, apa kabar coretanmu, apa kabar rentetan katamu? Terlalu sibuk, sampai lupa memeluk. Tubuhmu butuh bercengkrama, dengan suatu yang biasa, biasanya.Sekedar menoreh, semoga kelak jadi rangkaian skenario yang akan dirimu ceritakan -ke mereka- anak cucumu lewat runtut takdirmu.
Foto diambil pukul 05.50-an. Matahari enggan muncul, kala malam itu dingin memukul. Deras air masih terkira, bagimu yang masih asyik bersibuk ria.
Mengajak salah satu dari mereka, meninggi lewat jalan sepi. Terjal. Rembang indah. Lengkok jalur bercerita tentang pegunungan yang sempat vulgar dengan cerita, yang kini tinggal kabar kabur.
Disisi jalur, hijau padi tumbuh subur. Sangat subur. Diri berada di titik, dimana kendeng kala itu sangat diperjuangkan, demi sebuah misi, melindungi bumi.
Ah, tak menyangka akan disini, kaki menginjak dengan diri yang dari kemarin ringkih tergeletak.
Menikmati sudut keasrian ditengah hiruk pabik yang tetap beroperasi sesuai kesepakatan.Di lereng ini, sangat nyaman, sangat. Diri betah, dan semoga rentetan doa terkabul, untuk segera berbenah.Rembang, di sudut kotamu yang ujung, tak sekedar motivasi, tak sekedar ekspektasi, tak sekedar harapan diri. Banyak semoga, semoga, dan semoga untuk menetap di ujung kotamu. Karena disini, diri terkunjungi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar