Masih belajar kebaikan yang benar-benar baik, sampai akhirnya mengerti itu baik.
Sukrasana kecewa, niat menolong kakaknya teringkari keegoisan semata. Sumantri sedih, niat untuk mengelabuhi terbalas kematian adik yang dikasihi.
Adalah tentang dimensi berbeda dari lakon dhalang yang dipersepsikan sebatas pandangan manusia biasa.
Semua tahu, Sumantri adalah tokoh yang ingin nyuwita (ngenger; mengabdi). Sebagai abdi, syarat yang diberikan tentu tak bisa dipungkiri. Mulai dari berperang melawan Manggada sampai memindahkan Taman Sriwedari, yang mokal baginya. Usai berperang melawan negara Manggada, dan berhasil memboyong putri dhomas serta Dewi Citrawati yang sangat diinginkan Bendaranya, ketamakannya muncul dengan menantang Arjuna Sasrabahu, Rajanya. Kalah tak bisa dielak. Dengan memohon, Bambang Sumantri, kesempatan kedua hadir sebagai penolong diri. Disyaratkanlah taman Sriwedari, sebagai ganti atas apa yang telah terjadi. Tak hilang akal, Bambang Sukrasana yang merupakan adik satu-satunya, menjadi jalan mulus menyalurkan keinginannya. Bambang Sukrasana, yang kekuatannya melebihi dirinya, dengan rela menolong terkasihnya. Dipindahkan dengan mudah Taman yang menjadi syarat akan diterimanya pengabdian Sang Kakak. Bambang Sukrasana tak pamrih, hanya ingin hadirnya tetap ada disamping Kakak yang sangat dicintanya. Dengan berat, Bambang Sumantri meminta syarat. Kepada Sukrasana, diajaklah adiknya asal tak mengganggu suwitanya. Yang terjadi, diluar kendali....
Sukrasana hadir mencari kakaknya, ditaman yang kala itu para dhomas mandi dengan asyiknya. Bak kedamaian yang terusik pelik, seketika taman riuh dengan Sukrasasa yang merasa merasa hadirnya sangat diharapkan kakaknya.
Arjuna Sasrabahu murka, diutuslah Sumantri mencari sebab akan ricuhnya taman kedamaiannya. Terbelalak Sumantri ketika mengetahui, Sukrasanalah yang berulah.
Marah tak terarah. Disiapkan panah sebagai penakut Sukrasana yang membuat ribut. Atas izin sang dewa, tanpa sengaja panah melesat, dileher Sukrasana panah itu mendarat. Sukrasana mati dengan janji. Kepergiannya disurga hanya ingin bersama kakaknya. Dipangkuan Sumantri, Sukrasana mati.
Ya, Sukrasana berucap janji. Kelak ia akan kembali, menjemput kakak yang telah merenggut nyawa adiknya sendiri. Tak bisa mengelak, Sumantri kalah telak. Ketika diutus menjadi Patih perang, melawang Raja Alengka yang murka akibat banjir menerjang, Sumantri mati akibat janji.
Sukrasana hadir dalam tubuh Rahwana, yang kala itu beradu dengan Sumantri, kakaknya. Sumantri tak sampai hati, membunuh Rahwana dan yang dilihatnya adalah Sukrasana, adik yang dicintanya.
Ditangan Rahwana, Sumantri termakan janji. Terpenuhi ucap Sukrasana, menjemput kakaknya, ketika ajal sudah waktunya. Bersama Sukrasana, Sumantri moksa ke swargaloka.
Ah, Sumantri andai janji tak mudah terucap dilisanmu, tak akan kau rengkuh jasad adikmu. Bersama janji yang tak tertepati, Sukrasana menjemputmu, diajalmu.
Kekecewaan akan ada untuk janji yang tak tertepati kiranya.
Ingatase abdi, lakoni sabisane apa kang dadi titahe Gusti. Aja mburu muluk, yen pungkasane mung gawe liyan ngluruk.
Kisahmu akan dikenang, Sumantri. Sebagai satria yang tetap memegang teguh keutamaan atas dasar keinginan. Kebaikanmu di pengabdianmu, biar menjadi tauladan sendiri dari sudut pandang kami. Sumantri....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar