Kamis, 02 Januari 2020
Ber-AWAL
Pukul 10.40 WIB.
Aku masih terdiam, belum terpikir apa yang akan kuberikan. Tetiba ingat, sebuah coretan dalam buku kenangan.
Baiklah, akan kulakukan apa yang seharusnya kulakukan. Masuk kelas dengan bermodal satu buku pegangan. Sesampainya disana, sangat asyik bagi mereka yang hampir dua minggu tak bersua. Ya, hari ini adalah hari pertama pasca liburan akhir semester genap. Setelah salam, kusampaikan maaf karena terlambat masuk kelas.
"Baiklah, tidak akan ada materi pelajaran hari ini" kataku, singkat.
"Ye...ye...ye..." Sontak sekelas riuh dengan pernyataanku yang baru saja kulontarkan.
"Buku pendamping (LKS) sampun dicek, boten wonten sing kirang, ya?" tanyaku.
"Boten, Bu."
"Tutup semua, mari kita berdo'a."
Mereka saling pandang. Masih ada beberapa riuh di sudut kelas.
"Anakku" sapaku pelan. "Ingatlah, ini awal kalian di semester genap. Artinya waktu yang tersisa disini tak kurang dari tiga bulan."
Ada beberapa yang fokus, dan ada beberapa yang sengaja mengerutkan dahi, menunduk. Pertanda sudah mulai paham arahku kali ini.
"Buka, kertas atau pembaran apapun yang bisa kalian jadikan media menulis."
Riuh kembali ketika beberapa ada yang merobek bagian buku. Meminta, atau bahkan sengaja membagi kembali menjadi beberapa bagian setelah merobek dari buku.
"Tundukkan kepala bersama. Izinkan Ibu menuntun kalian."
Diam.
"Bismillahirrahmanirrahim. Yaa Rabbku, Tuhan Yang Maha Baik. Sungguh hari ini kami bersama menundukkan kepala. Kami bermimpi bukan tentang apa yang kita inginkan. Ini adalah tentang cita, cinta, dan harapan untuk orang yang tersayang."
Kulihat ada yang semakin larut dalam tundukan.
"Rabb-ku" lanjutku, "Kami hanyalah insan yang selalu meminta, izinkan kami menulis apa yang menjadi impian kami demi yang kami kasihi. Jernihkan pikiran kami, mantapkan hati kami, teguhkan langkah kami. Sungguh apa yang kami jalani hanyalah semata membahagiakan orang yang kami sayang. Rabb-ku, ini bukanlah akhir langkah kami. Biarkan kami meminta untuk mereka." Diamku memberi jeda.
"Rabbanaa atinaa min ladunka rahmah. Wahayyi'lanaa min amrinaa rasyadaan."
"Anakku, tuliskan apa yang menjadi harapan kalian, dikertas yang sudah ada di hadapan kalian. Anggaplah itu sebagai coretan cambukan untuk kalian. Silakan menulis."
Kulihat sebagian ada yang masih menundukkan pandangan dengan khusyuk meminta kepada Sang Khalliq.
"Tuliskan, nak. Ini adalah awal kalian menulis mimpi kalian. Jika suatu saat kalian membaca kembali dan saat itu telah kau raih apa yang telah kau tuliskan, itu adalah pencapaian kalian. Dan jika suatu saat kau baca kembali, dan belum berhasil apa yang telah kau tulis hari ini, maka, itu adalah takdir yang harus kau jalani."
Sesekali aku menepuk pundak yang begitu kuat dengan segala harapan. Mengusap kepala yang penuh dengan beban. Tak lupa kuacungi jempol untuk mereka yang dengan begitu semangat menuliskan impian-impian mereka.
Terakhir, dan yang paling akhir.
"Al-Kahfi ayat 10, Al-Insyirah, Shalawat, amalkanlah, nak. Karena ikhtiar dan tawakal adalah satu kesatuan yang harus berjalan beriringan."
-Anakku, ini awal mimpimu. Selamat berjuang mewujudkan.-
Rembang, 02012020
Ibu yang mengajar di kelas XII dan melihat mimpi di matamu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar