Jumat, 10 Januari 2020

i



Buku ini tergeletak di bangku dimana ketika dia pergi. Kembali memang, tapi tak menyentuhnya lagi.
'Dek, bacalah buku ini.' kalimat terakhir yang dilontarkannya ketika ia tahu, istrinya sangat riweh dengan setrikaannya.

Sepeninggalnya, si istri baru sempat membaca. Butuh waktu tujuh hari, untuk berani membuka, membaca setiap detail kata yang tersaji.

Tak akan berbicara tentang isi buku yang belum tentu benar tafsiranku. Hanya saja, ia selalu berpesan, Islam kita harus berdasar. Sebagaimana rumah tanpa lantai, terpanting gontai.

'Ngajimu jangan di YouTube' ingatnya, 'bisa jadi kita salah menafsirkan, akhirnya tersesatkan' tandasnya.

Siappp. Tentang Semar yang mengingat hidup, tentang Mbah Tejo kesan peng-analogi-an, dan masih banyak tugas membaca yang harus terselesaikan.

Kapan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar